Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat ada yang berat dan ada yang ringan. Peranan individu menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energy untuk bangkit bagi seseorang atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan asal kata dhra = menahan/menanggung (sansakerta) menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan baik lahir maupun batin, contoh keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan dll. Manusia menderita sesungguhnya karena rasa takut yang menyelimutunya seperti takut gagal, takut merasa sakit, takut menderita kegagalan dan menderita sakit. Orang suka tidak menyadari bahwa rasa sakit/takut itu sesungguhnya dari akalnya sendiri, kadangkala demikian kuatnya sehingga menyebabkan gangguan jiwa yang disebut PHOBIA (takut yang berlebihan/dibesar-besarkan). Hal inilah yang menimbulkan problema emosional dan penyebab penderitaan. Jadi penderitaan itu tidak dilihat dari fisik lahiriah. Tidak mempunyai harta = sengsara = menderita. Bila hati senang, gembira, hilang penderitaan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dari penderitaan yang dialami bias merupakan energy untuk bangkit.
Bagaimana akibat dari penderitaan ? pengaruhnya bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat menular dari seseorang kepada orang lain. Contohnya ? seseorang (perempuan) dihianati pacarnya diceritakan pada teman karibnya, siteman karib akan turut merasakan penderitaannya.
0 komentar:
Posting Komentar